Minggu, 13 Januari 2008

TAGANA KOTA MATARAM BELUM BENTUK FORUM


Tagana Kota Mataram NTB. dengan lebih dari 100 anggota belum juga membentuk forum kota. Padahal beberapa personilnya sudah sangat antusias untuk membentuk forum. Salah seorang anggotanya dari Bertais Opik bersama Ridwan dari Dasan Sari bahkan pernah menginisiasi agar forum terbentuk waktu itu menjelang Ramadhan. Namun pertemuan itu justru menghasilkan adanya sebuah program yaitu pengamanan Kegiatan Budaya Lebaran Topat tahun 2007 lalu. Meski itu kurang mendapat respon dari Dinas Sosial propinsi, namun kegiatan tetap dilakukan. Beberapa bulan yang lalu Tagana Kota Mataram telah merekrut kembali anggota baru. Semoga dalam tahun ini Tagana Kota Mataram bisa lebih banyak berkiprah, terutama mengantipasi adanya bencana khusunya di kota Mataram
Karang Bata 2008

PREMANISME DI KOTA MATARAM

Sewaktu kecil, saya pernah dimarahi preman pasar Cakrangara. Pasalnya, saya berteriak sambil menunjuk kearah penjual “ jadi-jadian “ yang saya tahu tengah menipu pembeli. Mereka melakukan transaksi jual beli dengan cara berbeda dari penjual lain. Di depan pembeli seolah ada tumpukan baju, arloji, serta pernak-pernik lain yang kalo di hitung harga penawarannya sangat murah dan tidak masuk akal. Saya penasaran dan sengaja berdiri di belakang penjual tersebut. Ternyata setelah tansaksi penawaran “ jadi “ , barang – barang tersebut langsung berkurang ketika tangan penjual mengambil tas. Tinggallah apa yang terlihat di luar. Saya melihat kejadian itu dan berteriak, “ pak jangan di beli “ !. Tiba-tiba seluruh mata memandangi . Saya baru sadar kalo sebagian besar dari orang yang berkerumun tersebut adalah kawanan mereka. Biasanya untuk memancing kerumunan orang mereka berkumpul, diantaranya ada juga yang membayar tanda “ jadi “ pada penjual yang ternyata kawan mereka juga. Salah seorang preman menarik tangan saya menuju pojok pasar Cakranegara. Menggertak .Saya pun berlalu dengan ketakutan.
Itu dulu di tahun 80-an. Sekarang para preman memiliki cara yang lebih canggih dan modern sesuai zaman. Terakhir saya sering bertemu dengan mereka yang sengaja minta pertolongan kepada korban yang sudah diperkirakan memiliki banyak uang. Biasa nya mereka berdiri didepan Toko-toko di pasar Mandalika. Salah seorang dari mereka akan mendekati korban sambil minta tolong. Dengan mengaku berasal dari wilayah Bayan atau Sekotong yang kecopetan, korban akan merasa kasihan. Apalagi ditambah “ aksesoris “ bekas luka karena di keroyok kawanan copet. Jika korban sudah terlihat kasihan maka sang preman akan mengeluarkan semacam barang berharga untuk ditawarkan. Barang berharga itu berupa jam tangan berwarna emas yang katanya di beli di Mekkah atau barang lain. Kesempatan itu di manfatkan oleh kawanan preman untuk tampak turut kasihan dan banyak bertanya pada nya . Pada saat yang sama kawanan tersebut akan menganjurkan untuk memantu dan membayar barang yang katanya tinggal satu-satunya. Jika begitu korban akan mengeluarkan uang untuk membayarnya.Korban bertamabah.
Memasuki wilayah Mataram, anda yang bukan berasal dari Mataram memang harus hati-hati dan waspada. Premanisme menunggu dan mengancam mulai saat anda turun di Terminal Mandalika. Saat turun anda akan diburu berpuluh orang yang berebut membantu barang bawaan. Mereka akan menawarkan ojek atau antar kemana saja anda mau. Kesempatan ini biasanya barang bawaan anda akan di rebut dan di bawa ke mobil-mobil disekitar terminal. Kalau kurang cermat barang bawaan anda bisa raib. Karena banyaknya orang yang mengerubuti anda, akan sulit untuk membedakan mana yang betul membantu atau yang tangannya gerayangan mencari dompet para penumpang yang lengah atau tak paham kondisi terminal. Sudah banyak cerita tentang kemalangan para korban di terminal mandalika. Teman saya pernah cerita tentang seorang pelancong yang begitu lama mengumpulkan uang untuk bisa datang ke Lombok. Pelancong ini tertarik karena Lombok yang terkenal dengan pulau “ Seribu Masjid “. Sialnya , ketika pertama kali menginjakkan kaki di Terminal Mandalika, dompetnya raib. Kesannya langsung berubah. Ternyata Lombok adalah pulau seribu ……
Keganasan para preman ini memang sudah bukan rahasia lagi. Korban paling menggiurkan bagi mereka adalah para TKI yang pulang dari luar negeri. Para TKI yang pulang lewat pasar Terminal Mandalika akan diantar langsung ke rumanya. Mereka memiliki tarif yang tinggi. Saat mengantar mangsa, diatas mobil para preman akan minta macam-macam. Ada yang minta barang berharga, minta oleh-oleh atau menaikkan tarif. Tentunya dengan agak memaksa. Para preman ini biasanya bergabung dengan para sopir “kalong”. Mereka beraksi di malam hari. Diantara para premanpun terjadi rebutan penumpang. Antara sopir, kernet dan para preman TKI ini biasanya sudah ada kesepakatan untuk menjerat mangsa. Salah seorang kernet dari sopir “ kalong “ yang berasal dari kampong sebelah (Karang Parwa), ditemukan tewas di sekitar Pajang Mataram. Karena korban tewas adalah kernet “ kalong “ maka orang memprediksi kematiannya sebagai korban rebutan mangsa antar sesama preman.
Dalam sebuah perjalanan ke Bogor, menemui kawan asal Lombok yang bekerja di sana , saya rada khawatir dengan keberadaan preman di terminal yang saya lalui. Dari Pondok Indah saya naik metro ke terminal Lebal Bulus. Karena khawatir di serbu preman, saat turun mobil saya diam sejenak sambil mengamati lingkungan. Ternyata tak seorang pun yang menanyai kemana tujuan saya atau menari-narik bawaan saya. Justru saya sendiri yang bertanya , dimana bis tujuan Bogor. Dengan sangat santunnya orang itu mengantar da menunjukkan mobil yang saya maksud. Tentunya saya sangat lega. Bagi sebagian orang yang pertama kali melakukan perjalanan perdana ke suatu tempat seperti saya, mungkin akan berfkir bahwa di Surabaya atau Jakarta pasti lebih ganas dan buruk. Awalnya saya berfikir begitu. Namun rasa khawatir itu sirna ketika saya sampai di kota Bogor yang sejuk . Preman terminal seperti di Mandalika ternyata tidak ada.
Di Cakranegara, para preman yang melakukan penipuan justru berada tidak jauh dari pos Polisi. Dengan modus seperti orang tersesat, mereka menjerat mangsa dari orang asing yang jarang ke kota. Seperti preman lainnya di kota Mataram, biasanya kawanan ini tidak beroprasi sendiri. Salah seorang akan mendatangi mangsa sambil bertanya , dimana toko emas Tian Thai. Jika mangsa respon, penipu ini akan mengeluarkan emas palsu yang akan di jual di toko emas tersebut. Sambil berkeluh kesah kehabisan uang untuk pulang ke Bayan atau Selong Belanak, sang penipu akan minta di antar atau menawarkan emas palsunya unuk di bayar oleh korban. Pada saat yang sama gerombolan penipu itu akan ikut seolah membantu dan bertanya macam macam guna memancing rasa kasihan korban. Salah seorang akan membujuk agar korban membantu. Korban yang tidak sadar sedang di tipu past akan membayar emas palsu tersebut.
Saya merasa heran dengan keberadaan mereka para penipu dan preman, yang nyata-nyata mengganggu ketertiban umum ini. Mereka sangat leluasa melakukan penipuan dengan modus macam-macam. Sepertinya di Mataram ini tidak ada satu lembaga keamananpun yang bisa bertindak tegas. Ya Polisi, Ya Pol PP, ya Pam Swakarsa, semuanya mandul. Para preman seperti berada di daerah yang tidak terjamah hukum. Mereka menipu orang - orang lugu dari keluarga Sasak. Kalo anda berasal dari luar Mataram saya sarankan untuk waspada dan hati-hati untuk di terutama di pusat Kota. Jangan memancing preman dengan memakai perhiasan yang berlebih. Sarankan kepada keluarga yang pulang kampung dari bekerja di luar negeri untuk tidak membawa uang tunai dalam jumlah besar . Para TKI yang pulang kampung biasanya sangat norak. Di Bandara Cengkareng saya pernah bertemu dan pulang satu pesawat dengan para TKI dari Malaysia. Dengan tampang “ Amy Search “ yang gagah percek mereka kelihatan sok aksi. Kaca mata hitam, jaket Levis, sepatu baru yang tinggi, wokmen di telinga, serta sikap yang atraktif sesungguhnya sangat memalukan. Mereka tidak peduli kalo orang disamping kiri-kanannya bisik-bisik. Sikap seperti ini bisa di bilang memancing preman. Dengan logat Melayu yang kental, para TKI akan semakin cepat di kenali preman. Ini sikap yang tidak menguntungkan bagi TKI sendiri. Kasihan. Sudah capek-capek bekerja jauh di negeri orang. Uang yang mereka dapat harus lenyap di tipu, atau di rampas preman Mataram.
Dalam tahun kunjungan Indonesia 2008. keberadaan para preman Mataram khusunya dan NTB pada umumnya, harus menjadi perhatian pemerintah. Di Mataram, Polisi pasti tahu kalo jaringan para penipu itu berasal dari satu kampung di wilayah Kota Mataram. Peta kekuasaannya berkisar di wilayah Pasar Sweta, Pasar Mandalika, dan sekitar pasar Cakranegara. Secara umum di NTB, kasus kriminal yang melibatkan para preman ini telah merusak citra pariwisata NTB. Dunia yang tanpa batas saat ini, membuat kita melihat sisi lain belahan bumi hanya dengan duduk di depan PC atau televisi. Hari ini kejadian perampokan wisatawan di hutan Rinjani, dalam waktu tiga , empat atau bahkan dalam waktu yang sama sudah bisa di lihat di CNN, Internet atau layanan mobile. Citra buruk wisata Lombok harus di bersihkan dengan melibatkan semua pihak. Pemerintah dengan Polisinya. Masyarakatpun bisa berpartisipasi melalui kebijakan adat.
` Karang Bata Mataram Januari 2008

Jumat, 11 Januari 2008

selamat tahun baru

Tahun baru Tahun Dua Ribu Delapan Sudah datang. Tahun Baru Hijriah Juga telah menjemput. Semoga tahun ini menjadi awal yang baik untuk menjejaki kemenagan di segala sisi. Semoga bangsa Indonesia terbebas dari hutang yang mencekik. pergi jauh semua bencana. Terketuk jiwa para pemimpin bangsa melihat betapa kemiskinan telah menghancur lantakan tulang belulang harapan anak negeri akan kemajuan. Merdekalah Indonesiaku. Merdekalah rakyat kecil dari mahalnya pendidikan. karena hanya dengan pendidikan murah bangsa ini bisa mengubah dirinnya ke arah yang lebih maju dan bermartabat. Allahuakbar.

Kamis, 10 Januari 2008

Sekilas tentang lombok

dari situs http://wisata-lombok.com/masyarakat.php
.

Pulau Lombok memiliki lokasi geografis di Asia Tenggara Koordinat 8.565° S 116.351° E Gugusan Pulau-pulau Kepulauan Kecil Sunda. Luas pulau 4,725 km². Tempat tertinggi adalah Rinjani (3,726 m). Pulau Lombok menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ibu kota provinsi, Mataram ada dipulau ini.

Secara demografis populasi penduduk berkisar 2,536,000 jiwa (data thn 2004) dengan kepadatan penduduk 537 jiwa/km². Penduduk pribumi bersuku Sasak. Tetapi di pulau Lombok terdapat beberapa suku pendatang dari berbagai daerah seperti suku Bali, Jawa, dan lainnya. Suku Sasak adalah penduduk asli yang menduduki pulau Lombok berjumlah sebanyak 2.6 juta orang (85% total penduduk Lombok). Mereka mempunyai hubungan dengan orang Bali dari segi budaya dan bahasa.

Sejarah
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok. Posisi ini selanjutnya menempatkan Kerajaan Seiaparang sebagai ikon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.

Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui exspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.

Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok, dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.

Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, gersik, dan Sulawesi.

Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.

Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirakan, hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih mempertahankan adat istiadat lama.

Geografis Lombok
Secara geografis, Pulau Lombok dan Pulau Bali memang terpisah. Batasnya jelas. Selat Lombok, yang membentang di sepanjang pesisir barat Pulau Lombok atau di pesisir timur Pulau Bali, menghubungkan kedua pulau kecil di wilayah Nusa Tenggara ini. Tetapi, dari sisi sejarah dan budaya, keduanya memiliki kedekatan khusus yang menjadikan Lombok dan Bali seperti dua saudara sekandung. Bahkan, sampai muncul istilah, di Lombok kita bisa menemukan Bali.

Kedekatan budaya Bali dan Lombok memang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kedua pulau bertetangga ini. Diawali dengan masuknya pengaruh paham Siwa-Buddha dari Pulau Jawa yang dibawa para migran dari kerajaan-kerajaan Jawa sekitar abad ke-5 dan ke-6 Masehi, sampai infiltrasi Kerajaan Hindu Majapahit yang mengenalkan ajaran Hindu-Buddha ke penjuru timur wilayah Nusantara pada abad ke-7 M.

Sejumlah penanda masih terlihat jelas hingga saat ini. Di sejumlah tempat di Pulau Lombok dan Bali terdapat nama-nama desa yang mengadopsi nama tempat di Jawa. Sebut saja, Kediri, Pajang, ataupun Mataram, yang kini menjadi nama ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pendatang asal Bali yang bermigrasi ke Lombok pada zaman kerajaan itu memanggil penduduk Sasak dengan sebutan semeton, yang berarti saudara. Sebaliknya, terhadap warga Bali dan etnis non-Sasak lainnya, masyarakat Sasak memberikan panggilan hormat, batur, yang berarti sahabat. Batur Bali berarti sahabat dari Bali, Batur Jawa bermakna sahabat dari Jawa.

Bahasa Bali-Lombok
Salah satu kedekatan budaya antara Lombok dan Bali lainnya adalah bahasa. Sebelum ramai didatangi beragam etnis, Pulau Lombok sudah dihuni masyarakat Sasak yang disebut sebagai penduduk asli. Ragam bahasa antara Lombok dan Bali hampir serupa, sama-sama bersumber dari bahasa Kawi dengan aksara Jawa Kuno.

Huruf aksara Sasak dan Bali 100 persen sama, hanacaraka-nya berjumlah 18. Ini berbeda dengan aksara di Jawa yang lebih banyak dua aksara. Bedanya, penulisan aksara Sasak lebih tegas dibanding aksara Bali.
Begitu juga dalam teknik pencatatan. Tradisi menulis di daun lontar dilakukan pujangga dan sastrawan di Bali dan Lombok. Teknik ini dilanjutkan dengan tradisi membaca naskah sastra, pepawosan dalam budaya Sasak dan mabebawos dalam budaya Bali.

Dalam ritual upacara masyarakat Hindu di Lombok dikenal tradisi melantunkan tembang Turun Taun saat berlangsungnya upacara sakral memohon turunnya hujan. Upacara ini digelar di pura setempat menjelang datangnya musim tanam.

Meskipun dilantunkan masyarakat Hindu, ragam bahasa dan lagunya jelas menunjukkan pengaruh Sasak, ditambah beberapa sisipan kata-kata bernuansa Islam. Sebait lagu ini, misalnya,
Turun Taun Leq Gedong Sari
Mumbul Katon Suarge Mulie
Langan Dee Sida Allah Nurunang Sari
Sarin Merta Sarin Sedana
yang intinya kira-kira bermakna "semoga Tuhan segera menurunkan hujan sebagai inti kebahagiaan".

Kata sangkaq dan kembeq (kenapa), lasingan, timaq (walau), aro (ah), kelaq moto (sayur bening), dalam bahasa Sasak, kata Mandia, antara lain juga diadopsi sebagai percakapan sehari-hari masyarakat Bali di Lombok.

Akulturasi kearifan
Akulturasi budaya antara penduduk lokal dan Bali serta Jawa juga terlihat dalam busana dan tradisi masyarakat. Misalnya, ikat kepala, yang dalam tata busana adat Sasak disebut sapuk (dipakai pria), mirip dengan destar dalam busana Bali.

Kebiasaan nebon, suami yang membiarkan rambutnya gondrong selama sang istri hamil, dikenal dalam tradisi Sasak dan Lombok. Rambut sang suami baru dipotong setelah istrinya melahirkan. Selama nebon, kegiatan rumah tangga ditangani suami. Kebiasaan ini dipertahankan dengan tujuan demi melahirkan generasi yang bibit, bebet, dan bobotnya berkualitas, juga kesehatan jasmani dan rohaninya lebih baik.

Dulu, kalau mau berkunjung ke rumah seorang gadis, meskipun keduanya sama-sama keluarga Bali, sang pemuda harus bisa membacakan isi lontar Pesasakan, yang bahasa pantunnya murni menggunakan bahasa Sasak.

Akulturasi budaya juga terlihat dalam agama wetu telu. Kelompok penganut agama sinkretisme islam, hindu dan animisme. Penganut Wetu Telu mayoritas berdiam di Kampung Bayan, tempat di mana agama itu dilahirkan. Golongan besar Wetu Telu juga boleh didapati di Mataram, Pujung, Sengkol, Rambitan, Sade, Tetebatu, Bumbung, Sembalun, Senaru, Loyok dan Pasugulan.

YAYASAN RINJANI SAKTI TERIMA BANTUAN DARI PEMDA NTB

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Pengurus Yayasan Rinjani Sakti menerima bantuan dari pemerintah Propinsi NTB sebesar Rp. 2.000.000.- ( dua juta rupiah ) dana tersebut telah di terima melalui Nengah Jiwe salah seorang team survey Pemerintah derah NTB. Pengurus Yayasan Rinjani NTB Fitriah menegaskan bahwa bantuan tersebut akan dipergunakan sesuai proposal yang telah disodorkan kepada pemerintah daerah NTB. Dana Tersebut akan di manfaatkan untuk mengatasi pengangguran yang jumlahnya cenderung meningkat saat sekarang. " Uang Sebesar dua Juta akan dipergunakan untuk pelatihan Sablon " katanya. Pengurus yayasan mengaharapkan dalam tahun - tahun kedepan pemerintah Propinsi bisa membantu Yayasan Rinjani Sakti untuk merealisasikan program kerjanya.
Yayasan Rinjani Sakti di dirikan oleh Muktamirin Nur S.Ag dari Sakra Lotim Mujahidin Salim Pancor Lotim dan M. Sapwan Karang Bata Mataram .

GMSP NTB RESTRUKTUR PENGURUS

GMSP ( GERAKAN MASYARAKAT SADAR PENDIDIKAN ) merupakan LSM yang konsen dibidang pendidikan. 9 januari ini lembaga tersebut merestruktur angota pengurusnya. Ahmad JD sebagai ketua selama ini di gantikan Mamik Ato sedangkan Sekretaris ada Fathul dan M. Sapwan. Lembaga ini juga merevitalisasi dan membina banjar sasak di Lombok. Isu yang tengah di garap saat ini adalah bagaimana menggerakkan pendidikan berbasis pada tiga pilar yaitu Sekolah, Keluarga dan Masyarakat . GMSP mengistilahkan tiga pilar tersebut dengan Trilogi Pendidikan.

BURUH MIGRAN DAN KTK KARANG BATA BERBAGI DENGAN PARA YATIM

Puluhan Yati Piatu mengadakan Acara Yasinan di kantor Yayasan Rinjani Sakti NTB tepatnya di Karang Bata Kota Mataram. Acara tersebut di Fasilatasi oleh mereka para Buruh Migran dan PSM Abiantubuh Baru. Yasinan ini di laksanakan dalam rangka menyambut tahun baru Islam serta Tahun baru Masehi 2008. Para Buruh Migran ini memfasiliasi kegiatan Yasinan sebagai bentuk rasa syukur karena baru saja mereka menerima bantuan dari Dinas Sosial Propinsi NTB. Seringkali kita memang terlupa untuk bersyukur. Padahal hanya rasasyukurlah yang bisa membuat Allah menambahkan nikmatnya pada manusia.